Pada suatu hari seorang pengemis wanita yang
dikenal dengan sebutan “Bag Lady” (karena segala harta-bendanya hanya termuat
dalam sebuah tas yang ia jinjing kemana-mana sambil mengemis) memasuki sebuah
Dept. Store yang mewah sekali. Hari-hari itu adalah menjelang hari Natal.Toko
itu dihias dengan indah sekali.Lantainya semua dilapisi karpet yang baru dan
indah.
Pengemis ini tanpa ragu-ragu memasuki toko ini.Bajunya kotor dan penuh lubang-lubang.Badannya mungkin sudah tidak mandi berminggu-minggu Bau badan menyengat hidung.Ketika itu seorang hamba Tuhan wanita mengikutinya dari belakang.Ia berjaga-jaga, kalau petugas sekuriti toko itu mengusir pengemis ini, sang hamba Tuhan mungkin dapat membela atau membantunya. Wah, tentu pemilik atau pengurus toko mewah ini tidak ingin ada pengemis kotor dan bau mengganggu para pelanggan terhormat yang ada di toko itu. Begitu pikir sang hamba Tuhan wanita. Tetapi pengemis ini dapat terus masuk ke bagian-bagian dalam toko itu.Tak ada petugas keamanan yang mencegat dan mengusirnya. Aneh ya Padahal, para pelanggan lain berlalu lalang di situ dengan setelan jas atau gaun yang mewah dan mahal.
Pengemis ini tanpa ragu-ragu memasuki toko ini.Bajunya kotor dan penuh lubang-lubang.Badannya mungkin sudah tidak mandi berminggu-minggu Bau badan menyengat hidung.Ketika itu seorang hamba Tuhan wanita mengikutinya dari belakang.Ia berjaga-jaga, kalau petugas sekuriti toko itu mengusir pengemis ini, sang hamba Tuhan mungkin dapat membela atau membantunya. Wah, tentu pemilik atau pengurus toko mewah ini tidak ingin ada pengemis kotor dan bau mengganggu para pelanggan terhormat yang ada di toko itu. Begitu pikir sang hamba Tuhan wanita. Tetapi pengemis ini dapat terus masuk ke bagian-bagian dalam toko itu.Tak ada petugas keamanan yang mencegat dan mengusirnya. Aneh ya Padahal, para pelanggan lain berlalu lalang di situ dengan setelan jas atau gaun yang mewah dan mahal.
Di tengah Dept. Store itu ada piano besar (grand
piano) yang dimainkan seorang pianis dengan jas tuksedo, mengiringi para
penyanyi yang menyanyikan lagu-lagu natal dengan gaun yang indah.Suasana di
toko itu tidak cocok sekali bagi si pengemis wanita itu.Ia nampak seperti
makhluk aneh di lingkungan gemerlapan itu. Tetapi sang ‘bag lady” jalan terus.
Sang hamba Tuhan itu juga mengikuti terus dari jarak tertentu.
Rupanya pengemis itu mencari sesuatu dibagian
Gaun Wanita.Ia mendatangi counter paling eksklusif yang memajang gaun-gaun
mahal bermerek (branded items) dengan harga diatas $ 2500 per piece. Kalau
dikonversi dengan kurs hari-hari ini, harganya dalam rupiah sekitar Rp. 20 juta
per piece. Baju-baju yang mahal dan mewah !Apa yang dikerjakan pengemis ini?
Sang pelayan bertanya, “Apa yang dapat saya bantu bagi anda ?”
“Saya ingin mencoba gaun merah muda itu ?”
Kalau anda ada di posisi sang pelayan itu, bagaimana respons anda ? Wah, kalau pengemis ini mencobanya tentu gaun-gaun mahal itu akan jadi kotor dan bau, dan pelanggan lain yang melihat mungkin akan jijik membeli baju-baju ini setelah dia pakai. Apalagi bau badan orang ini begitu menyengat, tentu akan merusak gaun-gaun itu. Tetapi mari kita dengarkan apa jawaban sang pelayan toko mewah itu.
“Berapa ukuran yang anda perlukan ?”
“Tidak tahu !”
“Baiklah, mari saya ukur dulu.”
Pelayan itu mengambil pita meteran, mendekati pengemis itu, mengukur bahu, pinggang, dan panjang badannya. Bau menusuk hidung terhirup ketika ia berdekatan dengan pengemis ini. Ia cuek saja. Ia layani pengemis ini seperti satu-satunya pelanggan terhormat yang mengunjungi counternya.”OK, saya sudah dapatkan nomor yang pas untuk nyonya ! Cobalah yangini !”Ia memberikan gaun itu untuk dicoba di kamar pas. “Ah, yang ini kurang cocok untuk saya. Apakah saya boleh mencoba yang lain?
“Oh, tentu !”
Kurang lebih dua jam pelayan ini menghabiskan waktunya untuk melayani sang “bag lady”. Apakah pengemis ini akhirnya membeli salah satu gaun yang dicobanya? Tentu saja tidak !Gaun seharga puluhan juta rupiah itu jauh dari jangkauan kemampuan keuangannya.
Sang pelayan bertanya, “Apa yang dapat saya bantu bagi anda ?”
“Saya ingin mencoba gaun merah muda itu ?”
Kalau anda ada di posisi sang pelayan itu, bagaimana respons anda ? Wah, kalau pengemis ini mencobanya tentu gaun-gaun mahal itu akan jadi kotor dan bau, dan pelanggan lain yang melihat mungkin akan jijik membeli baju-baju ini setelah dia pakai. Apalagi bau badan orang ini begitu menyengat, tentu akan merusak gaun-gaun itu. Tetapi mari kita dengarkan apa jawaban sang pelayan toko mewah itu.
“Berapa ukuran yang anda perlukan ?”
“Tidak tahu !”
“Baiklah, mari saya ukur dulu.”
Pelayan itu mengambil pita meteran, mendekati pengemis itu, mengukur bahu, pinggang, dan panjang badannya. Bau menusuk hidung terhirup ketika ia berdekatan dengan pengemis ini. Ia cuek saja. Ia layani pengemis ini seperti satu-satunya pelanggan terhormat yang mengunjungi counternya.”OK, saya sudah dapatkan nomor yang pas untuk nyonya ! Cobalah yangini !”Ia memberikan gaun itu untuk dicoba di kamar pas. “Ah, yang ini kurang cocok untuk saya. Apakah saya boleh mencoba yang lain?
“Oh, tentu !”
Kurang lebih dua jam pelayan ini menghabiskan waktunya untuk melayani sang “bag lady”. Apakah pengemis ini akhirnya membeli salah satu gaun yang dicobanya? Tentu saja tidak !Gaun seharga puluhan juta rupiah itu jauh dari jangkauan kemampuan keuangannya.
Pengemis itu kemudian berlalu begitu saja,
tetapi dengan kepala tegak karena ia telah diperlakukan sebagai layaknya
seorang manusia. Biasanya ia dipandang sebelah mata. Hari itu ada seorang
pelayan toko yang melayaninya, yang menganggapnya seperti orang penting, yang
mau mendengarkan permintaannya.
Tetapi mengapa pelayan toko itu repot-repot
melayaninya ?Bukankah kedatangan pengemis itu membuang-buang waktu dan perlu
biaya bagi toko itu?Toko itu harus mengirim gaun-gaun yang sudah dicoba itu ke
Laundry, dicuci bersih agar kembali tampak indah dan tidak bau. Pertanyaan ini
juga mengganggu sang hamba Tuhan yang memperhatikan apa yang terjadi di counter
itu. Kemudian hamba Tuhan ini bertanya kepada pelayan toko itu setelah ia
selesai melayani tamu “istimewa”-nya.
“Mengapa anda membiarkan pengemis itu mencoba gaun-gaun indah ini ?”
“Oh, memang tugas saya adalah melayani dan berbuat baik (My job is to serve and to be kind !)“Tetapi, anda ‘kan tahu bahwa pengemis itu tidak mungkin sanggup membeli gaun-gaun mahal ini?”
“Maaf, soal itu bukan urusan saya.Saya tidak dalam posisi untuk menilai atau menghakimi para pelanggan saya.Tugas saya adalah untuk melayani dan berbuat baik.”Hamba Tuhan ini tersentak kaget. Di jaman yang penuh keduniawian ini ternyata masih ada orang-orang yang tugasnya adalah melayani dan berbuat baik, tanpa perlu menghakimi orang lain.
“Mengapa anda membiarkan pengemis itu mencoba gaun-gaun indah ini ?”
“Oh, memang tugas saya adalah melayani dan berbuat baik (My job is to serve and to be kind !)“Tetapi, anda ‘kan tahu bahwa pengemis itu tidak mungkin sanggup membeli gaun-gaun mahal ini?”
“Maaf, soal itu bukan urusan saya.Saya tidak dalam posisi untuk menilai atau menghakimi para pelanggan saya.Tugas saya adalah untuk melayani dan berbuat baik.”Hamba Tuhan ini tersentak kaget. Di jaman yang penuh keduniawian ini ternyata masih ada orang-orang yang tugasnya adalah melayani dan berbuat baik, tanpa perlu menghakimi orang lain.
Hamba Tuhan ini akhirnya memutuskan untuk
membawakan khotbah pada hari Minggu berikutnya dengan thema “Injil Menurut Toko
Serba Ada”. Khotbah ini menyentuh banyak orang, dan kemudian diberitakan di
halaman-halaman surat kabar di kota itu. Berita itu menggugah banyak orang
sehingga mereka juga ingin dilayani di toko yang eksklusif ini. Pengemis wanita
itu tidak membeli apa-apa, tidak memberi keuntungan apa-apa, tetapi akibat
perlakuan istimewa toko itu kepadanya, hasil penjualan toko itu meningkat
drastis, sehingga pada bulan itu keuntungan naik 48 % !
“Peliharalah kasih persaudaraan !Jangan kamu
lupa memberi kebaikan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa
orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat.” Ibrani
13:1-2.
Sumber : http://gkjwsby.wordpress.com/2013/02/
Sumber : http://gkjwsby.wordpress.com/2013/02/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar